image by litstack.com |
Jaman modern begini udah ngga ada cewek yang mau baca buku. Pasti lebih memilih buat mantengin layar handphone atau laptop. Kayak elu sekarang nih.
Pemikiran tadi gue dapatkan dari pengamatan gue terhadap orang-orang sekitar. Tak terkecuali diri gue sendiri, yang udah mulai jarang beli buku. Tapi kalo gue sih lebih kepada alasan finansial. Untuk menyiasatinya, gue beralih mencari artikel-artikel atau jurnal gratisan di internet. Intinya sama-sama bacaan kan.
Sampai pada suatu hari pemikiran gue terbantahkan.
Begini ceritanya, saat itu gue sedang berkeliaran untuk benerin HP Nokia jadul gue di salah satu Mall. Perlu diketahui, biaya sekali servis bisa buat jatah makan gue seminggu. Udah jadul, biaya perawatan mahal pula. Mau gue buang, tapi ini HP satu-satunya. Serba salah.
Habis benerin HP, gue memutuskan buat mengisi perut di foodcourt yang terletak di lantai paling atas Mall tersebut. Gue duduk mengambil tempat di pojokan biar ga terlalu mencolok. Iya lah, risih banget kalo diliatin orang-orang pas lagi makan. Gue memesan makanan yang paling terjangkau tentu saja. Nasi goreng standar seharga 18.000 rupiah plus teh tawar gratisan.
Sembari menunggu, gue mencoba-coba HP gue yang baru diservis. Gue hampir tenggelam dalam kegiatan ini saat tiba-tiba sudut mata gue memperhatikan seseorang duduk di seberang. Berjarak dua meja dari tempat gue berada. Seorang cewek muda berhijab dengan mengenakan kacamata duduk dengan anggun di kursinya. Masuk kategori ‘Oke’ ini sih. Perlahan dia mulai mencari sesuatu dari tasnya. Tebakan gue sih paling HP, tapi ternyata enggak. Lo tau apa yang dikeluarkan dari tasnya? Dia mengeluarkan Ucok Baba dari dalam sana! Enggaklah, dia mengeluarkan sebuah buku dari tasnya.
Wow, udah sangat jarang gue temui seorang cewek muda di Indonesia mau membaca buku di tempat umum kaya gini. Atau sebenarnya banyak tapi gue ga pernah ketemu? Sebodo lah, yang pasti ini jadi salah satu hal yang udah langka. Dan bukunya bukan buku bacaan ringan buat remaja-remaja delusional. Bentukan fisik bukunya mirip sama buku kalkulus-nya Purcell. Cuma dari judulnya, kelihatan kalo itu buku tentang psikologi.
Dia mulai membuka halaman demi halaman. Membaca buku itu penuh penghayatan. Sesekali gue lihat dia membetulkan letak kacamatanya. Ngga butuh waktu lama dia udah mulai larut dalam bacaanya. Gue tetap mengamati diam-diam. Melihat dari jauh setiap pergerakan kecil yang dia lakukan. Sial, gue udah kayak mas-mas pervert aja. Gue tetap berfokus pada dia sampai ga menyadari ada mas-mas pelayan yang mengantarkan pesanan gue. Karena perut udah meraung-raung minta diisi, gue langsung membabat dengan brutal semua hidangan yang tersedia. Sesekali gue lirik ke cewek itu, raut mukanya makin serius. Asli lah, auranya minta banget diajak ngobrol.
Gue berniat bakal mengajak dia kenalan setelah gue menghabisi makanan di hadapan gue. Menyemangati mulut gue agar mengunyah lebih cepat. Tak mau melewatkan kesempatan ini. Kondisi perut gue yang keroncongan terasa membantu sekali dalam suasana genting semacam ini. Isi makanan dalam piring sudah hampir ludes. Niat gue juga makin membuncah buat kenalan sama dia.
Tapi niat tinggal hanya niat. Memasuki tiga suapan terakhir, gue lihat ada pelayan yang mengantarkan bungkusan makanan ke dia. Dia lalu memasukkan buku ke dalam tasnya, menenteng bungkusan tadi, dan beranjak pergi dari sana. Yaelah.
Tapi niat tinggal hanya niat. Memasuki tiga suapan terakhir, gue lihat ada pelayan yang mengantarkan bungkusan makanan ke dia. Dia lalu memasukkan buku ke dalam tasnya, menenteng bungkusan tadi, dan beranjak pergi dari sana. Yaelah.
Terlepas dari tujuan dia membaca, apakah dia ingin belajar buat ujian, iseng, mau menarik perhatian gue, atau memang hobi, gue tetap memberi poin lebih pada cewek-cewek yang suka membaca. Jadi, buat cewek-cewek, mari budayakan lagi kebiasaan membaca buku. Ga harus yang berat-berat, mau membaca koran atau majalah aja gue rasa udah cukup. Kalo emang suka dengan bacaan yang lebih berbobot, itu lebih bagus.
Setelah lo baca tulisan di atas yang menyuruh cewek-cewek buat suka baca, lo mungkin berpikiran kalo gue adalah sosok lelaki pintar nan cerdas. Sayangnya enggak. Justru gue merupakan spesies manusia berotak sulit yang sedang berusaha menambah pengetahuan dengan membaca. Maka akan sangat membantu apabila gue bisa kenal dengan wanita berwawasan luas. Berdiskusi berjam-jam mencekoki otak gue dengan hal-hal baru. Anjis, sok keren banget bahasanya.
Yang jelas kejadian tadi membuka mata gue bahwa sebenarnya masih ada wanita di luaran sana yang gemar membaca buku.
Apakah lo salah satunya?
No comments:
Post a Comment