Friday 27 May 2016

Menyerahlah




Coba kau renungkan kembali. Ingatlah semua cucuran keringat bercampur airmata yang selama ini terus menetes. Membanjiri dirimu dengan aliran pengharapan. Dan setelah semua hampir terlewati, kau tetap takkan mendapat apa yang kau inginkan. Lalu kau memilih untuk meneruskan semua kesia-siaan itu?

Mengapa tak menyerah saja?

Bukankah menyerah jauh lebih baik untukmu? Sebab hidup dalam ilusi akan membuatmu semakin terjepit. Kau bertingkah seolah semua baik saja, padahal tidak. Kau bermaksud membuktikan pada semua orang bahwa kau bisa, namun yang terjadi justru sebaliknya.

Kau takkan pernah bisa.

Lihat dirimu. Seseorang yang tidak pantas meraih angan-angannya sendiri. Tidakkah kau merasa bermacam celoteh yang merendahkanmu itu memang benar adanya? Pernahkah kau berpikir bahwa kau memang tidak berhak menggapai segalanya?

Lihat mereka. Orang-orang yang menghendakimu agar secepatnya terjatuh. Amati kembali senyum sinis mereka. Dengarkan gelak tawa yang penuh penistaan itu. Hiruplah aroma kebencian yang menyeruak dari tiap helaan nafas mereka.

Begitu banyak orang yang berharap agar kau segera terjerembab jatuh ke dalam jurang terdalam keterpurukan. Namun kau bersikeras agar tetap berjuang tanpa memedulikan mereka. Untuk apa, kawan? Mengapa tak menyerah saja?

Kepada siapa lagi kau coba membuktikannya? 

Segala ucapan baik yang ditujukan kepadamu hanyalah omong kosong belaka. Jauh di dalam hatinya, orang-orang terdekatmu selalu menginginkan agar kau menyudahi perjuanganmu selama ini. Mereka ingin kau mematikan saja api harapan dalam hatimu.

Api harapan yang bahkan menyala terlalu kecil. Terlalu menyedihkan untuk dilihat sebagai sumber cahaya. Api yang nyaris padam, namun selalu kau lindungi agar tetap menyala. Untuk apa kau lakukan itu, kawan? Mengapa tak kau matikan saja api itu?

Sisa tenagamu kini sudah berada di titik penghabisan. Bahkan hembusan angin yang begitu lemah dapat membuatmu terhempas. Langkahmu terasa goyah ketika menapaki jalan hidupmu yang penuh liku. Namun untuk apa kau terus berjalan, kawan?

Mengapa tak menyerah saja?

Kini coba resapi rasa sakit itu. Yang timbul akibat penghinaan dan pengkhianatan. Butuh berapa kali lagi kau merasakan kesakitan itu? Sampai di penghujung penyesalanmu nanti? Ketika semua sudah terlambat?

Menyerahlah, kawan.

Agar mereka yang membencimu dapat tertawa puas.


Tuesday 24 May 2016

Tulisan yang Salah


Mengutip pernyataan Eka Kurniawan, penulis buku Lelaki Harimau, bahwa blog adalah sebuah platform yang unik. Blog bersifat personal, tapi sekaligus global. Sebab apa yang ditulis di sana sebagai cerita pribadi juga bisa dilihat jutaan orang di seluruh dunia.

Hal yang kurang lebih mirip baru aja gue rasakan seminggu kemarin.

Berawal dari rasa gemas melihat penyebaran berita berlebihan tentang senior gue yang meninggal dunia, gue jadi terbawa emosi. Gue menuliskan di blog ini sebuah postingan yang menyudutkan profesi tertentu. Lalu langsung membagikannya di akun sosmed pribadi gue.

Awalnya emang ngga ada yang peduli. Mungkin semua menganggap tulisan gue pastilah basi. Sampai pada malam setelahnya, ada seorang teman yang membaca. Lalu dia merasa tertarik dan membagikan tulisan gue di akun sosmed-nya dengan menambahkan sedikit opini pribadinya.

Tanpa diduga, tulisan gue mendadak jadi viral. Dibagikan puluhan kali dan dibaca ribuan orang dalam waktu yang terbilang singkat. Sebagai blogger amatir, pastinya gue senang melihat kenyataan ini. 

Setelah tulisan tadi jadi viral, pengunjung blog gue meningkat pesat. Bayangin aja, dalam sehari, jumlah pembacanya hampir menyamai setengah jumlah pengunjung dalam setahun. Grafik pun melonjak tajam. Bahkan tiap me-refresh halaman, pengunjungnya terus aja bertambah. Gokil.

Thursday 19 May 2016

'Jurnalis' Sampah


Gue sempat memandang jurnalis dan wartawan sebagai profesi yang keren. Bahkan ketika kecil gue pernah bercita-cita menjadi wartawan. Sebab di mata gue, pekerjaan mereka begitu mulia. Yakni menayangkan berita supaya orang-orang bisa tau informasi terkini. Membuka mata masyarakat tentang keadaan dunia luar.

Sumber

Namun keinginan itu berangsur-angsur menghilang. Karena dalam beberapa tahun terakhir, gue melihat profesi ini seperti kehilangan wibawanya. Terutama sejak penggunaan media online mulai merajalela. Para ‘jurnalis’ atau ‘wartawan’ itu lebih mementingkan traffic (jumlah pembaca) ketimbang kualitas informasi.

Akibatnya bisa kita lihat. Berita yang berseliweran di internet kini banyak yang ngga bermutu. Apalagi kalo berasal dari portal berita abal-abal. Ya tujuannya emang tercapai, jumlah traffic membludak. Tapi apakah cuma sebatas itu tujuan yang ingin dicapai? Serendah itukah?

Ke mana perginya para jurnalis yang dulu dianggap sebagai sosok cerdas dan berwibawa?

Wednesday 11 May 2016

Baik-baik Saja


Sengaja saya menulis ini agar kamu tahu bahwa saya baik-baik saja.

Saya juga ingin kamu tahu bahwa perpisahan kemarin tidak berefek terlalu signifikan dalam kehidupan saya secara keseluruhan.Tulisan bernada sendu yang tempo hari saya buat bukan muncul akibat kepergianmu. Sama sekali bukan.

Semenjak kamu pergi, relatif tidak ada yang berubah dari saya. Saya masih dapat beraktivitas dengan normal. Senormal ribuan hari saat kamu ada. Saya tetap makan dengan lahap, tidur dengan nyenyak, dan bekerja dengan produktif.
Saya baik-baik saja.

Sebaiknya fokuskan pikiranmu pada apa yang kamu kerjakan di sana. Kembangkan dirimu, pelajari hal-hal baru. Jelajahi tiap sudut kota tempat kamu berada. Coba berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Lakukanlah semua hal baik demi tercapainya cita-citamu.

Tidak perlu kamu cemas. Jarak ini bukanlah masalah. Sebab ada yang lebih jauh dari jarak. Sebentuk ingatan tentang masa-masa lalu. Tentang pelbagai peristiwa yang terlewati. Tentang interaksi yang begitu hangat. Tentang canda tawa dan keluh kesah. Tentang kita.

Saya akui, saya selalu rindu kamu.

Dan apabila rindu itu datang, doa senantiasa menjadi satu-satunya jawaban. Selaksa doa yang saya yakini sampai kepadamu. Entah lewat untaian hujan, bias sinar rembulan, atau sebait lagu kenangan.

Saya tahu kamu pun sedemikian rindunya. Setumpuk pesan darimu telah menjelaskan semuanya. Kertas-kertas beraroma teh itu. Goresan huruf yang terlihat ragu-ragu. Dan jejak bekas air matamu.

Perjumpaan yang kita harapkan memang belum pasti kapan. Mungkin masih tercantum dalam satuan waktu yang belum terdefinisi. Mungkin lebih lama dari abad, atau lebih singkat dari kecepatan kilat. Walau begitu, saya selalu percaya kelak kita akan kembali bersama.

Tapi sebelum pertemuan itu terwujud, saya ingin kita bersabar. Tahan sejenak segala letupan rindu ini. Lalu nanti kita lepaskan sebagai ledakan. Kita biarkan semua bekerja seperti seharusnya. Pasrahkan jika nanti saya harus memelukmu erat-erat. 

Dan selama hari itu belum tiba, saya tidak ingin kamu khawatir.

Karena saya baik-baik saja.

Tuesday 10 May 2016

Hari Lupus Sedunia


Hari ini, tepatnya tanggal 10 Mei, telah disepakati sebagai Hari Lupus Sedunia (World Lupus Day).

Sekadar pengingat, lupus merupakan sebuah penyakit yang berkaitan erat dengan sistem kekebalan tubuh. Secara sederhana, penyakit ini membuat tubuh kita bermasalah akibat ‘diserang’ oleh sistem kekebalan tubuh kita sendiri. Bagian yang dominan ‘diserang’ adalah organ-organ dalam, seperti paru-paru, jantung, otak, ginjal, dan lainnya.

Lupus kerap kali disebut sebagai ‘penyakit seribu wajah’. Itu karena lupus memiliki banyak gejala, tergantung dari organ yang diserangnya. Jika menyerang jantung, maka pasien akan dicurigai terkena penyakit jantung. Pun jika menyerang organ lainnya. Padahal apa yang sebenarnya terjadi bisa lebih kompleks dari ‘cuma penyakit jantung’ atau ‘cuma penyakit paru-paru’. Karena lupus merupakan penyakit sistemik.

Maka terkadang kondisi odapus (orang dengan penyakit lupus) berbeda satu dengan lainnya. Banyaknya gejala yang timbul membuat penyakit ini sukar dikenali lewat pemeriksaan biasa. Harus melalui rangkaian test kesehatan khusus. 

lupus sedunia, world lupus day
sumber


Begitulah kiranya sekilas info perihal penyakit lupus.