Kali ini saya akan melanjutkan tulisan saya tentang Tuberkulosis dan Pengobatannya. Sebelum masuk ke materi ada baiknya saya menjelaskan tentang sterptomycin. Streptomycin adalah obat antibiotik yang tergolong kuat dan biasa digunakan untuk mengatasi masalah TB berkelanjutan. Streptomycin tidak dapat dikonsumsi secara oral karena sifatnya yang merusak lambung. Jadi penggunaanya harus di aplikasikan melalui injeksi. Streptomycin berbentuk bubuk halus berwarna putih, tidak berbau, dan larut dalam air. Untuk melarutkan menjadi cairan injeksi,digunakan akuades murni. Kira-kira begitulah info yang saya dapatkan dari dokter dan juga pengamatan saya sendiri.
Kembali ke cerita.
Hari kedua injeksi juga masih terasa biasa saja. Pagi-pagi saya datang, mengurus birokrasi yang begitulah, lalu disuntik dengan perasaan riang gembira. Sampai tibalah hari Senin. Saya sebenarnya ada jadwal kuliah pagi itu, tapi karena tekad yang kuat untuk sembuh, maka saya memutuskan untuk bolos kelas pertama. Ini terpaksa saya lakukan karena setahu saya (waktu itu) petugas yang mengurusi masalah TB hanya ada di pagi hari. Saya sempat berniat agar datang pagi-pagi sekali agar bisa disuntik sebelum kuliah. Kelas paling pagi juga sebenarnya baru dimulai pukul delapan. Namun apadaya, si petugas baru datang pukul 8.30 dan mulai efektif bekerja pada pukul sembilan. Ya sudah, bolos sajalah.
Kembali ke cerita.
Hari kedua injeksi juga masih terasa biasa saja. Pagi-pagi saya datang, mengurus birokrasi yang begitulah, lalu disuntik dengan perasaan riang gembira. Sampai tibalah hari Senin. Saya sebenarnya ada jadwal kuliah pagi itu, tapi karena tekad yang kuat untuk sembuh, maka saya memutuskan untuk bolos kelas pertama. Ini terpaksa saya lakukan karena setahu saya (waktu itu) petugas yang mengurusi masalah TB hanya ada di pagi hari. Saya sempat berniat agar datang pagi-pagi sekali agar bisa disuntik sebelum kuliah. Kelas paling pagi juga sebenarnya baru dimulai pukul delapan. Namun apadaya, si petugas baru datang pukul 8.30 dan mulai efektif bekerja pada pukul sembilan. Ya sudah, bolos sajalah.
Kejadian bolos di kelas pagi ini terulang hingga hampir dua minggu lamanya. Setiap hari selama dua minggu, saya tidak pernah masuk ke kelas pagi. Awalnya saya merasa baik-baik saja karena saya juga belajar sendiri walau tidak mengikuti perkuliahan. Hingga salah seorang teman memberi tahu bahwa ada dosen yang tidak terima perihal ketidakhadiran saya. Masalah ini agak sulit kalau dijabarkan. Terlalu banyak perdebatan dan adu kuat argumen di sini. Ujung-ujungnya, hati sang Dosen baru bisa luluh setelah saya menunjukan surat pernyataan resmi dari Puskesmas.
Dari sini saya coba berkonsultasi dengan si petugas TB. Saya menjelaskan bahwa saya ada jadwal kuliah pagi setiap hari yang tidak bisa ditinggal. Sedangkan si petugas bersikeras jika dia hanya bertugas di pagi hari. Maksimal hingga pukul 12.30. Enak betul hidupnya, kerja cuma dari jam sembilan sampai setengah satu. Lalu diambillah jalan tengah. Saya bisa datang di sore hari, namun disuntik oleh perawat lain yang bertugas hari itu. Skenarionya adalah: Saya datang di sore atau malam hari, lalu menjalani injeksi ruang praktik dokter, namun yang mengeksekusi tetap perawat yang bertugas pada hari itu. Si dokter hanya melakukan pencatatan di kartu rekam medik. Saya rasa cukup solutif.
Baca juga : Isu UsangSetelahnya, saya berkuliah seperti biasa mulai dari pagi hingga sore hari. Lalu bergegas menuju Puskesmas untuk disuntik Saya masuk ke ruang praktik dengan gagah berani, menjelaskan pada si dokter bahwa saya akan menjalani injeksi. Di sinilah muncul masalah baru. Masalahnya adalah obat suntik saya berada di ruang khusus TB yang berjarak lumayan jauh dari ruang praktik dokter. Dan sepertinya sudah dikunci.
Untungnya setelah memeriksa lemari penyimpanan di ruang praktik, si perawat menemukan seperangkat obat suntik siap pakai yang entah kenapa bisa berada di sana. Obat untuk injeksi ini terdiri dari tabung suntik/ spuit, jarum (needle), streptomycin (yang masih berupa bubuk), dan cairan pelarut. Tetapi, saat itu hanya tersedia untuk sekali tindakan saja. Si dokter menyarankan agar saya kembali besok pagi guna meminta stok obat dari petugas TB untuk beberapa hari ke depan.
Esoknya, saya menjelaskan mengenai peristiwa di sore kemarin pada si petugas TB. Dia hanya menyimak sambil manggut-manggut. Enak betul hidupnya, sudah jam kerja cepat, dan sekarang cuma manggut-manggut saja. Lalu saya diberikan jatah obat untuk seminggu ke depan yang harus dibawa setiap kali ingin suntik. Selain itu juga diberikan kartu kontrol untuk mengetahui kepatuhan saya terhadap jadwal. Jadi, seminggu sekali saya harus kembali menemui si petugas TB untuk mengambil jatah obat pekan berikutnya. Dan si petugas hanya tinggal memberikan obat dan menuliskan catatan di kartu kontrol., tanpa harus melakukan tindakan injeksi. Enak betul hidupnya.
Ya paling tidak masalah jadwal suntik dan ketersediaan obat sudah terselesaikan kali ini. Walaupun harus repot menenteng-nenteng obat dan kartu kontrol setiap kali datang ke Puskesmas.
Selanjutnya saya akan membuat tulisan tentang efek samping obat dan berbagai pengalaman ketika disuntik.
Ya paling tidak masalah jadwal suntik dan ketersediaan obat sudah terselesaikan kali ini. Walaupun harus repot menenteng-nenteng obat dan kartu kontrol setiap kali datang ke Puskesmas.
Selanjutnya saya akan membuat tulisan tentang efek samping obat dan berbagai pengalaman ketika disuntik.
Agan mau tanya,, Kebetulan bpk sy sakit paru & hrs disuntik selama 60x, selain suntik di puskes, agan pernah ga suntik sendiri? (Mksdnya disuntikin sm org rmh,tnp bantuan petuhas medis seperti bidan/suster?. Klo pernah bs info gmn cara suntiknya, krn bpk sy ga kuat kalo hrs jln ke puskes alias terlalu lemes. Mohon infonya ya gan, terimakasih
ReplyDeleteBantu jawab :)
DeleteHarus sama nakes disuntiknya mba, yg punya kompetensi dlm menyuntik, khwatir trjdi sstu jika bukan nakes yg menyuntik, kalo di rumah nya ada saudara yg nakes, silahkan saja.
Sekiranya tidak kuat untuk jalan ke puskes atau bidan praktek, panggil aja nakesnya ke rumah mba :)
Terima kasih mbak Naely atas bantuannya untuk menjawab.
DeleteSaya kira jawaban dari mbak Naely sudah cukup jelas. Di beberapa Puskesmas memang ada program untuk mendatangi pasien yang tidak mampu datang sendiri. Coba dikonfirmasi saja ke Puskesmas terdekat apakah ada programnya.
Kalo untuk dosis suntik penyakit tb berapa cc ya
ReplyDeleteSdr saya sakit paru paru berobat di spesialis dokter ahli paru di suruh suntik steptomisin 1/2 karena suntik di rumah dokter jauh suntik di puskesmas jatinegara saja dengan membawa surat bukti suntik dan perintah suntik ehh petugas suntik tau itu dokter atau suster di suntik nya 3/4 bukan 1/2 atas perintah dokter paru paru.bagaimana bisa lalai dalam kerja dan surat perintah tdk dibaca dulu asal suntik se suka hati nya dan kata in dr paru paru asal kasih obat .bagaimana tindak lanjut nya ???? Kalau adik saya kejang efek samping obat siapa yg di salahkan di tuntut ???
ReplyDeleteKalau telat suntik tb baru ad pengaruhnya gk utk pengobatan selanjutnya. Posisi msh minum obat tb rutin
ReplyDeletemau tanya kalo stretomicyn di kasih dengan cara Intra Vena (IV)bagaimana.
ReplyDeletesoalnya d ruangan ada kesalahan hari ini harusnya IM malah IV di ksih 1/2 gram di oplos 3 cc