Tuesday, 11 August 2015

Mengefisiensi Jenis Aplikasi di Smartphone


Pesatnya perkembangan di bidang teknologi memaksa kita untuk berusaha keras agar tidak ketinggalan zaman. Lengah sedikit saja bisa membuat kita terlewat bermacam informasi penting. Salah satu yang paling signifikan perubahannya adalah aplikasi pada smartphone, baik yang berbasis Android maupun iOS. Berbagai aplikasi muncul hampir setiap harinya guna memenuhi hasrat kegaulan kawula muda di seluruh penjuru dunia. Kaum muda memang menjadi target pasar yang sangat empuk untuk berbagai bidang. Terutama karena jumlah mereka yang mendominasi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Udah keliatan keren kan paragraf pembukanya? Oke, mari kita masuk ke materi.

Sosial Media, path, instagram, aplikasi, facebook, twitter


Kalau gue perhatikan sih, sekarang ini banyak banget aplikasi, terutama sosial media sama messenger yang dipakai sama anak-anak gaul kekinian. Padahal ya hal yang mau di-share cuma itu-itu aja. Di chat messenger pun kontaknya ya cuma itu-itu aja. Yang bikin geleng-geleng kepala, kadang ada aja orang yang menghubungkan satu jenis aplikasi sosmed ke aplikasi lain. Jadi ketika dia update di Path misalnya, maka langsung otomatis muncul di Friendster.


Gue sendiri cuma punya akun Facebook dan Twitter untuk sosial media. Sementara chat mesengger gue sudah terlanjur jatuh cinta sama WhatsApp. Gue sering banget dikata-katain gara-gara ini. Dibilang ga gaul karena ga punya akun Path sama Instagram. Tolong dicatat, gue ga gaul emang karena kuper dan kudet. Bukan karena ga punya Path dan Instagram. Camkan itu baik-baik.

Coba kita telaah satu-satu aplikasi yang dianggap gaul oleh anak kekinian.

Path


Setahu gue sih dulunya ini aplikasi ditujukan buat buat mereka yang menginginkan berbagi di sosmed tapi mau privasinya tetap terjaga. Awal-awal muncul, jumlah teman yang bisa ditambahkan cuma 150 orang. Jadi harus bisa memilah-milah mana teman yang layak untuk dimasukkan list itu. Seiring perjalanan ternyata 150 dianggap terlalu sedikit sehingga kapasitasnya diperbesar jadi 500 orang. Yailah, berarti ga mengakomodir tujuan utamanya untuk menjaga privasi.

Instagram


Kalau yang ini sih gue masih bisa maklum karena kegunaanya spesifik, yaitu buat sarana berbagi gambar, foto dan video pendek. Aplikasi ini juga bisa dijadikan portfolio bagi para fotografer atau artis bidang seni dua dimensi lain. Banyak seniman yang memajang hasil karya mereka yang keren-keren di sini. Lalu semua persepsi awal gue tentang Instagram adalah sebuah aplikasi elegan tercoreng tatkala gue melihat sekelompok anak over-kreatif menjadikan Instagram sebagai media pamer meme jayus dan video slapstick yang lucunya sebentar doang. 

Line


Masuk ke aplikasi chat messengger, ini adalah bagian yang bikin gue agak males tiap kenalan sama orang atau bertemu teman lama. Ujung-ujungnya pasti minta id Line, yang mana gue ga punya. Fitur unggulan dari Line sebenarnya banyak, mulai dari chat personal, game, kuis berhadiah ayam, chat bareng selebritis (yang ternyata bot) dan stiker-stiker unyu.  Dari pengalaman teman-teman gue, ini aplikasi sebenarnya bikin berat smartphone. Satu alasan ini aja udah cukup buat gue untuk tidak mencobanya.

BBM


Satu lagi yang pasti diminta tiap kenalan sama orang atau bertemu teman lama adalah pin BBM. Gue sempat pakai ini aplikasi, tampilannya sih enak, rapi dan sedap dipandang. Fitur-fitur juga oke. Tapi sayang bikin HP gue jadi berat dan sering error. Itu jadi alasan sangat kuat ketika gue memutuskan untuk menghapus aplikasi ini. Lagian kontak di smartphone orang juga paling itu-itu aja, maksud gue ngapain sih memakai aplikasi yang bermacam-macam untuk menghubungi orang yang sama? Kurang efisien. Kecuali bagi para penggiat Online shop yang memilah antara aplikasi chat untuk personal dan aplikasi untuk bisnis. Itu lain soal, karena harus tetap bisa profesional.

Dari semua poin di atas, ga ada satupun aplikasi yang terpasang di HP gue. Dan gue juga mau mengajak orang-orang agar dapat mengefisienkan penggunaannya. Untuk Path dan Instagram bisa dicoba mengoptimalkan Facebook. Inti dari penggunaan Path kan agar bisa berbagi kegiatan sehari-hari. Kalau mau menjaga privasi, di Facebook bisa diatur siapa saja yang bisa melihat update kita. Facebook juga bisa menjadi media berbagi foto dan video, jadi ga usah repot-repot pakai Instagram. Dan Facebook juga dalam waktu dekat akan merealisasikan penggunaan internet gratis lewat drone. Jadi, tunggu apalagi? Segera optimalkan penggunaan Facebook. Hidup Facebook!

Lalu untuk masalah Twitter, gue suka karena keunikannya. Twitter membatasi kita dengan 140 karakter. Di sinilah kreativitas diuji, bagaimana kita menuangkan satu ide ke dalam ruang ekspresi terbatas dan harus tetap 'kena'. Selain itu, gue lebih suka memantau timeline untuk membaca berita. Banyak hal-hal unik yang akhirnya menjadi viral karena berawal dari Twitter. Media berita online juga lebih update dengan penggunaan Twitter. Jadi kita bisa mengetahui berita secara real-time.

Dan lo tau? Lo baru aja gue tipu dengan semua tulisan di atas. Alasan satu-satunya gue ga punya aplikasi-aplikasi gaul tadi adalah karena HP gue jadul. Sehingga ga memungkinkan gue untuk menginstall semua aplikasi itu. Aplikasi yang bisa gue pakai ya cuma Facebook, Twitter, dan aplikasi chat satu-satunya yang kompatibel dengan HP gue adalah WhatsApp. Jadi kalau dalam waktu dekat gue ganti smartphone yang canggih, mungkin aja gue bakal ikut-ikutan memakai semua aplikasi gaul tadi.

Tambah lagi, tulisan ini paling cuma relevan dalam setahun dari tanggal publikasi. Seperti yang gue bilang, perkembangan teknologi sangat pesat sekarang ini. Dan aplikasi-aplikasi di atas tinggal menghitung hari sampai nantinya tergantikan dengan yang baru. 

Akhir kata, gue mau mengucapkan terima kasih atas waktu lo yang terbuang sia-sia. Tapi jangan khawatir, lo masih bisa menjelajah tulisan gue yang lain di blog ini. Gue bisa jamin banyak info yang bisa lo dapat, terutama tulisan dengan label Kesehatan.
Wassalam.


Tulisan Lain

No comments:

Post a Comment