Kadang pertanyaan itu muncul tiba-tiba di pikiran gue. Terutama kalau gue lagi ngelamun ga ada kegiatan. Pertanyaan sederhana sih, tapi tidak semudah itu menjawabnya. Dan belakangan menjadi serius ketika gue mulai menyadari sebagian besar teman-teman gue udah lulus kuliah dan mulai memasuki dunia kerja. Dari yang gue amati, ada di antara mereka yang mendapat pekerjaan tidak sesuai bidang ilmu perkuliahan mereka. Misal, lulusan teknik sipil justru bekerja sebagai juru masak. Atau lulusan biologi yang bekerja sebagai customer service.
Seiring pertambahan umur, gue mulai bisa memaklumi berbagai kejadian itu. Lulusan S1 'haram' hukumnya terlalu lama menganggur. Entah siapa yang pertama kali membuat aturan tak tertulis ini. Namun yang jelas, bekerja memang jadi pilihan yang paling realistis. Keinginan untuk mendapat uang sekaligus pengalaman dapat diperoleh dengan bekerja. Kecuali memang sudah ada persiapan lain selama berkuliah, menjadi pengusaha misalnya.
Gue memang masih semester lima sekarang, tapi sejatinya gue adalah seorang fresh graduate. (Lebih jelasnya bisa dilihat di sini.) Sebagian besar teman gue sudah lebih dulu terjun ke 'dunia yang sesungguhnya'. Dan gue masih suka memantau kegiatan mereka melalui sosial media. Tinggal masuk ke aplikasi, scroll timeline, dan terpampang jelas bagaimana keadaan mereka sekarang. Belum lagi gue tergabung di beberapa grup chat.
Grup chat itu mulai ramai lagi semenjak mereka pada lulus. Ketebak lah, selama skripsian kemarin kan pikiran mereka terfokus sepenuhnya ke materi skripsi. Setelah lulus, semuanya menjadi sedikit lebih ringan. Sepertinya sih begitu. Dan gue harap memang begitu. Seminimalnya mereka udah ga usah repot lagi mikir penelitian, angket, survey, referensi, revisi, dan segala tetek bengek penulisan. Jadi udah bisa bercengkrama lagi di chat messenger.
Gue sendiri tergabung di beberapa grup chat. Yang bikin jengah, setiap hari pasti ada aja notifikasi dari chat messenger. Topik favorit mereka adalah berkas persyaratan kelulusan. Dan topik lainnya adalah loker, alias lowongan kerja. Mulai dari perusahaan besar yang memang benar lagi membuka lowongan hingga ada sesekali informasi hoax yang di-share. Bahkan, salah satu grup lucu-lucuan yang dibuat untuk nyampah dan membicarakan hal-hal tolol pun ikut-ikutan berbagi lowongan kerja. Sontak gue merasa asing. Gue merasa ditinggalkan dalam jurang ketololan seorang diri. Sementara mereka sudah memikirkan akan ke mana mereka melangkah.
Buah dari keterasingan itu adalah tulisan yang sedang lo baca sekarang ini. Selagi tulisan ini diketik, gerombolan teman gue bahkan sedang mengikuti jobfair di daerah Senayan. Gue memang masih ingin bersantai sejenak menikmati masa kuliah yang tak terlalu padat. Pengalaman semester kemarin, dalam seminggu gue cuma masuk dari Senin hingga Jumat. Di hari Kamis dan Jumat juga hanya praktikum yang berlangsung tujuh pertemuan. Kalau dipadatkan, jadwal kuliah gue praktis cuma efektif tiga hari saja.
Di sela waktu luang gue yang begitu banyak, gue jadi suka merenung, macam bapak-bapak. Sering terbesit di pikiran gue, apakah keputusan gue untuk bersantai ini sudah benar? Jawabannya pasti relatif. Salah satu sisi di pikiran gue mengatakan untuk tenang saja menjalani hidup, toh rezeki sudah ada yang mengatur. Di sisi lain, ada bagian pikiran yang gelisah dengan kehidupan gue yang terlalu datar. Tidak bergairah dan bergejolak seperti darah muda pada umumnya. Entahlah, mungkin gue harus lebih banyak makan sate kambing muda dan jeroan.
Kontributor terbesar dari hidup gue yang monoton ini adalah; gue belum tahu apa yang menjadi passion gue. Ini menjadi menarik karena jika sudah menemukan apa yang menjadi passion kita setidaknya hidup lebih berwarna. Gue suka baca. Walaupun sekadar buku-buku cemen serta berbagai artikel dan jurnal di internet. Tapi gue ga bisa meng-klaim bahwa membaca adalah passion. Gue lebih suka mengategorikannya sebagai hobi. Sederhana sih, menurut gue membaca itu kegiatan pasif, dalam artian lo ga menghasilkan apa-apa dari kegiatan itu. Cenderung hanya menerima. Kalau pun mau menghasilkan sesuatu dari info yang lo baca, lo minimal harus menulis.
Dan belakangan gue suka nulis, terutama di blog. Gue suka kegiatan ini. Tapi entah kenapa gue belum PD untuk menyebut kalau menulis adalah passion gue. Gue masih perlu belajar lebih jauh lagi. Masih banyak tulisan gue yang mengendap hanya jadi draft. Yang menurut gue sih terlalu sampah untuk di-share. Ya, gue belum seyakin itu. Gue harap gue bisa secepatnya menemukan passion dalam hidup.
Inti dari hidup yang bergairah adalah passion. Menyambung dari kegelisahan gue di awal, tentang tujuan setelah lulus. Gue jadi teringat sebuah tulisan di artikel tentang tingkat kebahagiaan di pekerjaan. Tidak mengejutkan kalau ternyata hasilnya rendah. Rata-rata orang mengalami stress di pekerjaannya. Terutama yang bukan menjadi passion-nya. Semua pekerjaan pasti sulit dan melelahkan. Maka akan lebih menyenangkan apabila kita mencintai pekerjaan itu.
Gue ga kebayang sih perasaan mereka yang bekerja dengan terpaksa. Bekerja ga sesuai bidang keilmuan aja udah berat, apalagi kalau ga sesuai passion. Dan semoga kita termasuk kaum beruntung yang bekerja dengan cinta, serta mencintai apapun pekerjaan kita. Seperti sebuah pepatah bule, 'do what you love and love what you do'.
Love what you do. Kalimat sederhana tapi bermakna dalam. Kalau pun kita kurang beruntung dapat pekerjaan ga sesuai passion, paling enggak kita coba belajar mencintai pekerjaan. Mungkin bisa sedikit mengurangi beban. Kenapa gue bilang mungkin? Karena gue sendiri belum tau rasanya. Dan sekarang gue lagi berusaha menghibur diri aja bahwa apapun nanti kerjaan gue, gue harap bisa menjalankannya dengan senang.
Kerja? Seperti yang gue tulis di atas, menurut gue pribadi sih ini pilihan realistis buat para fresh graduate. Belum lagi pekerjaan di bidang IT lagi marak dicari. Ini satu keuntungan buat gue karena dapat bekerja sesuai bidang perkuliahan dan (mudah-mudahan) passion. Ya, setelah gue pikir masak-masak dan dengan pertimbangan yang matang gue memutuskan untuk bekerja dulu setelah lulus kuliah.
Lo sendiri gimana?
Sudah menentukan arah?
No comments:
Post a Comment