Tuesday, 30 June 2015

Pencerahan dari Kampus Kuning



Kita mundur sejenak ke tahun 2011 di mana saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus Kuning tempat saya menimba ilmu saat itu. Alasan sederhana, masalah kesehatan. Beberapa penyakit kompak menyerang saya di saat bersamaan. Kondisi tubuh yang semakin lemah memantapkan pilihan saya untuk keluar dari sana. Lepas dari kampus Kuning, saya masih harus melakukan pemulihan hingga dua tahun lamanya. Hingga akhirnya saya melanjutkan kuliah kembali di kampus UFO pada tahun 2013.



Meloncat lagi ke tahun 2015.
Sudah beberapa kali dalam dua minggu lalu saya kembali menyempatkan diri menyambangi kampus Kuning. Sekadar memenuhi janji untuk menonton sidang beberapa kawan dekat. Saya memang tipe orang yang sedikit berbicara. Dari yang sedikit itu, apabila telah terucap janji pasti akan sekuat tenaga saya tepati. Seperti kondisi ini, saya harus merelakan waktu tidur saya sehabis sahur dan Shalat Subuh untuk menonton sidang mereka. Yang (sialnya) semua dimulai pada pukul 8 pagi di hari yang berlainan.

Semua berjalan dengan lancar pada awalnya. Kawan saya yang sidang pada hari pertama dapat melalui pembantaian dari para penguji dengan baik, walaupun tidak mulus. Dia keluar dari ruangan dengan wajah penuh kegembiraan. Yang anehnya membuat saya ikut gembira melihat itu. Sehingga saya memutuskan berjanji kembali untuk menonton sidang kawan yang lain di hari berikutnya. Mulai memasuki giliran sidang kawan selanjutnya, saya mulai merasa risih, lebih tepatnya; perih. Ya, terasa agak perih karena seharusnya saya juga berada di sana untuk merayakan kelulusan saya.

Seharusnya.

Tapi percuma saja berandai-andai. Menyalahkan keadaan juga tak akan membawa saya ke mana-mana. Setelah semua yang mereka lakukan, rasanya tak pantas apabila saya tak ikut berbahagia. Mereka telah bekerja keras selama beberapa bulan terakhir. Berkutat di laboratorium dalam waktu lama. Begadang menyusun hasil laporan. Tidak tidur sampai beberapa hari. Bolak-balik ke perpustakaan mencari referensi penelitian. Mengeluarkan biaya besar untuk membeli sampel bahan. Dan saya rasa masih banyak pengorbanan yang dilakukan untuk mencapai kelulusan mereka.

Kunjungan saya pada bulan Juni ini kemungkinan besar menjadi yang terakhir. Selepas mereka pergi dari kampus Kuning, tentu semakin berkurang alasan saya untuk kembali ke sana. Gedung kampus tanpa keberadaan mereka, layaknya jasad tanpa jiwa.

Akhir dari semua, saya tentu mendoakan mereka agar terus diberikan kemudahan dan kebahagiaan. Kehidupan di luar kampus akan jauh lebih berbahaya dan menantang. Saya berharap mereka dapat melalui semua dengan baik. Sehingga suatu saat kami dapat bertemu lagi untuk sekadar berbagi cerita.

Selamat atas kelulusannya!


Sebuah catatan absurd dari ex- Graphen11c
Depok, 30 Juni 2015
Tulisan Lain

No comments:

Post a Comment