Friday 10 July 2015

Mengenal Rheumatoid Arthritis


Seberapa jauh pengetahuan Anda tentang rematik? Beberapa orang akan mengatakan ini adalah penyakit khas orang tua yang akan menyerang memasuki usia senja. Yang lain menjawab bahwa ini adalah akibat kebiasaan mandi setelah larut malam. Tapi sebenarnya rematik tidak sesederhana itu. Mari kita lihat petikan artikel berikut.

Penyakit rematik atau yang dalam bahasa medisnya disebut rheumatoid arthritis (RA) adalah peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh gangguan autoimun.

Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti virus, bakteri, dan jamur, keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Selain rematik, ada banyak gangguan autoimun lain, misalnya penyakit lupus, multiple sclerosis dan diabetes tipe 1. Pada penyakit rematik, sistem imun gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovium yaitu selaput tipis yang melapisi sendi. Hasilnya dapat menyebabkan sendi bengkak, rusak, nyeri, meradang, kehilangan fungsi dan bahkan cacat.


Rheumatoid Arthritis, rematik artritis, RA


Petikan tersebut saya ambil dari sini. Sebenarnya masih ada sumber lain yang lebih kredibel, hanya saja bahasa yang digunakan agak sulit dimengerti karena menggunakan bahasa Inggris medis. Kalau masih belum ada gambaran akan saya beri sedikit ilustrasi.

Idealnya setiap tubuh manusia dibekali sistem imun (kekebalan) yang berfungsi sebagai prajurit. Prajurit ini tentunya terlatih untuk menyerang 'musuh' dari luar tubuh yang berpotensi menyebabkan penyakit, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing lainnya. Tetapi yang terjadi pada kasus Rheumatoid Arthritis adalah para prajurit justru menyerang tubuh tuannya sendiri. Ibaratnya, pasukan TNI justru malah menyerang warga negara yang telah 'menggaji' mereka. Tanpa alasan yang jelas. 

Penyebab rematik sampai saat ini belum diketahui, namun diduga dipicu oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk kerentanan genetik, infeksi virus atau perubahan hormon. Perempuan lebih mungkin terkena penyakit rematik dibandingkan laki-laki. Pada wanita yang sudah terkena rematik, kehamilan dan menyusui dapat memperburuk kondisinya.

Gejala rematik bervariasi pada setiap orang. Gejala yang paling umum adalah:

  • Kekakuan sendi di pagi hari. Kekakuan ini berlangsung selama setidaknya satu jam. (Berbeda dengan kekakuan dari osteoartritis yang biasanya menghilang dalam setengah jam.)
  • Pembengkakan dan nyeri sendi. Sendi yang mengalami pembengkakan dan nyeri biasanya terasa hangat dan lembek bila disentuh. Rasa sakit biasanya terjadi pada kedua sendi di sisi kanan dan kiri (simetris) tetapi mungkin tingkat keparahannya berbeda, tergantung sisi mana yang lebih sering digunakan.
  • Nodul (benjolan). Pada sekitar 20% pasien rematik, peradangan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan nodul atau benjolan di bawah kulit yang berukuran sebesar kacang hijau atau sedikit lebih besar dan seringkali terletak di dekat persendian. Nodul dapat terbentuk di sepanjang perjalanan penyakit.
  • Penumpukan cairan. Cairan dapat terakumulasi terutama di pergelangan kaki. Dalam beberapa kasus, kantung sendi belakang lutut mengakumulasi cairan dan membentuk apa yang dikenal sebagai kista Baker. Kista ini terasa seperti tumor dan kadang-kadang memanjang ke bawah ke bagian belakang betis dan menyebabkan rasa sakit. Namun, Kista Baker juga dapat berkembang pada orang yang tidak memiliki rematik.
  • Gejala seperti flu. Kelelahan, penurunan berat badan, dan demam dapat menyertai awal penyakit rematik. Beberapa orang merasakannya seperti gejala pilek atau flu. Bedanya, gejala rematik bisa berlangsung selama bertahun-tahun.


Meskipun rematik adalah penyakit menahun dan sistemik, gejala serangannya datang dan pergi. Ada masa-masa ketika sendi menjadi lebih meradang dan menyakitkan yang disebut flare atau suar. Suar ini dapat terjadi tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, lalu diikuti dengan remisi atau masa-masa dengan sedikit peradangan. Dalam beberapa tahun pertama, rematik dapat menyebabkan kerusakan dan cacat permanen di persendian.

Saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan rematik. Namun, ilmu pengobatan telah maju pesat dalam 20 tahun terakhir sehingga obat-obatan baru kini sangat membantu untuk membatasi kerusakan sendi dan mengelola gejalanya. Dengan perawatan yang tepat, banyak penderita rematik yang dapat menjalani kehidupan yang normal dan aktif.

Saya cukupkan saja perkenalan tentang penyakit rematik. Di kesempatan selanjutnya mungkin akan saya bagikan pengalaman hidup berdampingan dengan penyakit ini. Bagaimana saya beraktivitas sehari-hari, pengobatan yang saya lakukan (dari yang standar sampai yang ekstrem), dan bermacam hal lainnya. Dan saya yakin saya bukan satu-satunya orang yang mengidap penyakit ini. Apabila Anda atau orang di sekeliling Anda mengalami hal yang sama, silakan berbagi pengalaman di kolom komentar atau hubungi saya di sini. Karena menghadapinya secara bersama-sama akan lebih terasa ringan dibanding sendirian.


Tulisan Lain

1 comment:

  1. Terima kasih saya membaca semua tulisannya bermanfaat dan membantu,pengalaman ketika sholat itu kenapa persis (duduk diantara dua sujud saya pun bingung).

    Awal mula izin sakit ketika gejala kaki bengkak dan agak pincang september 2017 tapi masih males (takut) ke dokter hingga akhirnya Agustus, september,sampai oktober 2018 ini bolak balik konsultasi ke dokter sekaligus obat-obatnya mulai dari klinik, rsud sampai akhirnya dirujuk ke rscm, Tes ANA positif autoimun dgn diagnosa SLE tapi Alhamdulillah dari gejalanya dan hasil tes2 lainnya tidak mengarah kesana melainkan RA. Semoga dgn RA membuat hidup lebih damai dan sadar untuk selalu stabil.Semangat istirahat, olahraga, dan bekerja (untuk bayar premi BPJS)

    ReplyDelete