Berkutat di dunia bisnis online memaksa gue untuk harus selalu update tentang hal-hal kekinian. Gunanya adalah untuk membantu gue membuat konten yang relevan dan ngga ketinggalan zaman. Dengan begitu, produk yang gue pasarkan bisa direspon positif sama pasar. Dan ujung-ujungnya angka penjualan dapat meningkat pesat. Yang artinya apa? Yak, betul. Uang.
Namun sekeras apapun gue coba membuat konten yang kekinian, produk yang gue pasarkan tetap ngga begitu laris. Angka penjualan memang naik, tapi ngga signifikan. Beda banget sama pemain-pemain lain yang juga berkecimpung di bidang ini.
Padahal semua cara udah gue terapkan. Mulai dari menggunakan bahasa yang persuasif, menyelipkan unsur humor, membuat quote-quote motivasional, mengadakan kuis, hingga promo diskon gla-gilaan. Tapi hasilnya tetap ngga maksimal.
Karena penasaran, gue terus berusaha mencari cara paling efektif lewat observasi ke pemain-pemain besar lainnya. Gue coba perhatikan strategi yang mereka terapkan dengan teliti. Sampai akhirnya gue menemukan satu metode ajaib yang ngga pernah gue sadari sebelumnya.
Metode itu gue sebut dengan ‘mengeksploitasi air mata’.
Cara kerjanya adalah dengan menampilkan konten yang penuh muatan emosional. Kalo misalkan kontennya kurang menguras emosi, maka harus dilakukan dramatisasi. Bisa dengan menambahkan caption hiperbolis, atau menyelipkan narasi surrealis. Pokoknya apapun caranya agar bisa menyita perhatian dari pasar.
Yap, itu adalah metode paling miris, tapi sekaligus paling efektif sejauh yang gue tau. Sebab pada dasarnya, manusia itu sangat mudah tergugah dengan hal yang berbau emosional. Naluri alamiah kita mendorong agar kita cepat bereaksi pada berbagai kejadian yang menyentuh hati.
Logikanya jelas. Manusia di era sekarang agak susah untuk dipengaruhi lewat akal pikiran. Sebab tingkat pendidikannya udah pada tinggi-tinggi. Maka alternatifnya adalah dengan memengaruhi mereka lewat emosi. Sesuatu yang sangat sulit buat ditolak atau dihindari. Karena ini soal nurani.
Sebenarnya kalo kita perhatikan, ternyata hampir seluruh pelaku bisnis besar menggunakan cara ini demi menggaet calon pelanggan. Cuma kita kadang ngga sadar karena pengemasan konten mereka sangat halus. Ngga percaya? Coba aja lihat iklan-iklan produksi Thailand.
Thailand adalah salah satu negara penghasil iklan ‘air mata’ paling epik yang pernah ada. Padahal jalan cerita iklannya ya gitu-gitu doang. Plotnya seragam. Awalnya semua berjalan normal, terus mendadak tokoh utamanya mengalami kejadian tragis, lalu depresi. Selanjutnya kita disuguhi adegan flashback yang membuat si tokoh utama mulai bangkit dan menerima kenyataan. Lalu terakhir, iklannya ditutup dengan adegan yang mengharukan.
Tapi coba tebak apa? Kita akan selalu luluh setiap melihat iklan kayak gitu. Karena sekali lagi, ini soal nurani.
Selain iklan, banyak juga yang memasukkan unsur emosional dalam tayangan utama mereka. Yang seperti ini biasanya berasal dari ranah media. Entah dalam acara ‘reality’ show, ataupun berita utama.
Kalo ‘reality’ show sih mungkin kita semua udah tau lah. Bahkan dalam ajang pencarian bakat aja, gimmick-gimmick drama masih bisa diselipkan. Tapi jangan salah, ternyata acara berita juga memungkinkan untuk disisipi sama konten emosional macam ini. Termasuk media berkelas internasional. Yang paling sering gue lihat adalah AJ+ dari Al Jazeera.
Al Jazeera sendiri tergolong cerdas dalam menentukan ‘komoditas’ untuk dijual. Udah jadi rahasia umum kalo mereka sangat getol memberitakan kisah korban perang di negara-negara konflik. Seperti di negara ‘anu’ atau negara ‘itu’. Ya mungkin sedikit banyak Al Jazeera juga diuntungkan dari letak geografis, serta kemiripan ras dan agama.
Masalah korban perangnya memang nyata. Perangnya beneran terjadi. Dan mereka benar-benar terluka bahkan wafat di medan perang. Tapi kalo ternyata perjuangan tulus mereka bisa dijadikan alat untuk meraup keuntungan, kenapa enggak? Ini bisnis, kawan.
Dari dua contoh kasus tadi, pandangan gue jadi terbuka lebar. Bahwa di dunia bisnis yang super kompetitif ini ngga ada sesuatu yang haram atau tabu. Semua sah-sah aja dilakukan. Selama itu berarti profit buat bisnis, ya hajar aja. Termasuk menjual air mata.
Tapi tolong jangan berburuk sangka dulu, sebab air mata ngga melulu soal kesedihan. Banyak kok kejadian emosional lain yang melibatkan air mata. Kebahagiaan, keharuan, kebanggaan, bahkan sampai kelucuan pun bisa menciptakan tangis.
**********
Jika ditarik benang merah dari uraian di atas, maka kita dapat mengambil satu persepsi baru.
Bahwa sepertinya teknik menjual air mata ini bisa pula dipakai untuk memasarkan produk apapun secara online. Tinggal disesuaikan aja sama apa yang mau kita jual. Jualan produk perlengkapan anjing? Gampang, share aja kisah Hachiko. Lalu berdoalah agar semua pemilik anjing yang melihatnya tersentuh, lalu membeli produk yang ditawarkan.
Bahwa sepertinya teknik menjual air mata ini bisa pula dipakai untuk memasarkan produk apapun secara online. Tinggal disesuaikan aja sama apa yang mau kita jual. Jualan produk perlengkapan anjing? Gampang, share aja kisah Hachiko. Lalu berdoalah agar semua pemilik anjing yang melihatnya tersentuh, lalu membeli produk yang ditawarkan.
Bisnis di bidang charity? Ini malah yang paling gampang buat dipadukan sama air mata. Ajak aja seorang pemulung buat makan steak di restoran mewah. Kalo bisa cari pemulung yang belum pernah makan daging sama sekali. Terus korek kisah hidupnya. Begitu konten udah lengkap, edit sedikit, lalu share deh ke Facebook. Niscaya akan banyak orang yang ikut menyumbang.
Soal apakah dia bisa hidup layak setelah acara makan-makan tersebut, biarlah menjadi urusannya sendiri.
Jadi gimana nih para internet marketer? Mulai tertarik memasarkan produk dengan cara mengeksploitasi air mata? Percayalah, ilmu ini ngga akan kalian dapat di pelatihan manapun. Bahkan yang biaya pelatihannya puluhan juta rupiah per sesi sekalipun. Karena para ‘trainer’ itu tentu ngga akan mau membocorkan rahasia pamungkas ini.
Malahan sebagian besar dari ‘trainer’ itu pasti bakal mengutuk apa yang gue tuliskan di atas. Walaupun mungkin diam-diam mereka telah melakukan praktik tabu itu jauh sebelum gue menyadarinya.
Tapi berhubung gue bukan ‘trainer’, maka gue bisa membagikan ilmu mahal (dan tabu) ini secara gratis. Masalahnya tinggal bergantung sama kalian. Mau ngga membuat konten yang menguras emosi para target market? Maukah mengorbankan kenyamanan demi angka penjualan?
Dan yang terakhir, bersediakah kalian memulainya sekarang juga?
Dan yang terakhir, bersediakah kalian memulainya sekarang juga?
Jangan sampai kalian membuang waktu lebih banyak lagi. Ingat, uang tidak bisa menunggu.
Segeralah menjual air mata.
Segeralah menjual air mata.
Salam dahsyat.
No comments:
Post a Comment