Friday 29 July 2016

Terlena Judi Bola


Dunia sepakbola udah menjadi industri yang sangat menjanjikan. Kalo dulu pekerjaan sebagai pemain sepakbola dianggap ngga bermasa depan, lain halnya dengan sekarang. Jelas. Soalnya sekarang gaji pemain sepak bola bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulannya. Bahkan pemain bintang macam Messi atau Ronaldo bisa dibayar miliaran rupiah per minggu. Iya, per minggu.

Dengan perputaran uang yang begitu tinggi, sepakbola membawa keuntungan berlimpah bagi bisnis-bisnis terkait. Selain televisi karena hak siarnya, satu bisnis lain yang meraup untung besar adalah judi bola. 

judi bola
Mungkin terdengar blo’on, tapi dulu gue sempat terjebak ke dalam kegiatan nista ini. Walaupun masih dalam skala kecil, alias judi bola ecek-ecek.

Keterlibatan gue dalam bisnis haram ini disebabkan seorang teman kampus gue yang bernama Vigtor, sebut aja demikian. Vigtor adalah teman seangkatan gue yang berbadan tinggi besar, gempal, agak dekil, pemalas, dan suka banget tidur. Sekilas emang mirip deskripsi seekor babi hutan, tapi percayalah, dia manusia sungguhan.

Hal yang menyatukan gue sama dia adalah sepak bola. Sebagai penikmat sepak bola, gue sering banget diskusi hal-hal mengenai bola. Terutama dengan orang yang gue anggap asik dalam hal pengetahuan bolanya. Vigtor merupakan salah satunya.

Awalnya emang sekadar diskusi ringan biasa. Tapi suatu hari semuanya berubah setelah dia mengajak gue taruhan. Gue ingat banget waktu itu kami taruhan pertandingan antara Arsenal melawan Liverpool. Oh ya, Vigtor adalah seorang fans Liverpool, sedangkan gue sendiri penikmat permainan Arsenal

Pertama kali dia ngajak taruhan, nominal uang yang dipertaruhkan masih sedikit. Cuma goban alias lima puluh ribu rupiah doang. Berhubung cuma buat ajang lucu-lucuan, gue langsung setuju-setuju aja. Dan untungnya, gue menang. Pertandingan emang berakhir imbang, tapi karena Vigtor nge-voor gue setengah, maka gue pun keluar sebagai pemenang. Dan uang goban dari dia telah berpindah tangan ke gue.

Dari situ, dia mulai gencar ngajakin gue taruhan bola. Ngga cuma gue sebenarnya, karena Vigtor juga ikut mengajak teman-teman lain. Perlahan tapi pasti, dia mulai berubah jadi bandar judi bola skala kecil.

Nominal uang yang di pertaruhkan juga perlahan meningkat. Soalnya uang lima puluh ribu untuk ukuran bandar kayak dia mah urusan cemen. Cuma bisa dipakai sekali makan di Richese Factory sebelah kampus. Gue sendiri pernah taruhan sampe empat ratus ribu sama dia.

Makin besar taruhan, gue makin peduli sama kemungkinan menangnya. Karena kalo ngga, uang gue bakal melayang sia-sia. Maka gue makin giat cari-cari info dari situs penyedia statistik pertandingan bola untuk menganalisa. Gue aktif mengecek forum-forum judi bola buat cari prediksi. Dan semua kegiatan lain yang umum dilakukan penjudi.

Tapi beneran deh. Aktivitas perjudian itu teramat sangat adiktif. Apapun kondisinya, mau menang atau kalah, gue selalu termotivasi buat melakukannya terus. Kalo menang gue mikirnya “Kan masih ada duit hasil kemarin, taruhan lagi ah. Toh kalau kalah, gue ngga rugi sama sekali”. Sedangkan kalo kalah gue mikirnya, “Wah, gue harus taruhan lagi nih biar duit gue balik”. Ngga akan selesai.

Gue sendiri menjalani kegiatan haram ini sekitar enam bulanan. Namun keswarasan gue akhirnya kembali saat menyadari uang di dompet gue bener-bener abis. Yang tersisa tinggal uang tabungan gue di rekening. Dari sana gue mulai sadar, gue ngga bisa begini terus. Walaupun gue lagi dalam posisi kalah saat itu, tapi gue berusaha supaya ngga tergoda lagi. Ya, abisnya pikiran “gue harus taruhan lagi nih biar duit gue balik” selalu aja terbayang.

Untuk mengurangi hasrat buat taruhan, gue ngga lagi merespon tiap ajakan dari Vigtor. Semua chat history negosiasi taruhan langsung gue hapus. Foto-foto dia di galeri HP gue hapus. Semua sosmed-nya gue blokir. Tiap papasan, gue selalu buang muka. Kalo ada yang ngomongin dia di depan gue, gue langsung alihkan pembicaraan.

Ngga lah. Ngga segitunya juga. 

Gue tetap menjaga obrolan sama Vigtor. Soalnya ini makhluk emang asik banget buat diceng-cengin. Ditambah lagi, tim favorit dia udah terkenal cupu. Tapi gue tetap menolak keras setiap ajakan taruhan dari dia.

Malang bagi teman gue lainnya, sebut aja Tito. Dia kayaknya ngga bisa menahan diri untuk terus berjudi. Rasa penasarannya terlalu tinggi. Bahkan menurut info dari si Vigtor, utangnya akibat judi udah mencapai dua juta rupiah. 

Dua juta, Sob. Jumlah yang terhitung banyak buat mahasiswa yang belum berpenghasilan macam si Tito. Terakhir gue dengar, dia udah menjual sebagian barangnya buat melunasi utang. Gokil, untung gue ngga sampai begitu amat.

Nah, sebagai mantan penjudi bola ecek-ecek, gue berharap banget supaya kalian ngga ikut-ikutan buat berjudi. Apapun jenisnya. Karena sekali terjerumus ke dalam perjudian, bakalan sulit banget untuk keluar. Itulah mengapa Bang Haji mengingatkan kita semua melalui salah satu lagunya.

Judi, 
menjanjikan kemenangan
menjanjikan kekayaan
kalaupun kau menang
Itu awal dari kekalahan
kalaupun kau kaya
Itu awal dari kemiskinan

Apa pun nama dan bentuk judi
Semuanya perbuatan keji
Apa pun nama dan bentuk judi
Jangan lakukan dan jauhi judi 

Judi - Rhoma Irama

Tulisan Lain

No comments:

Post a Comment