Sunday 21 February 2016

Bermonolog di VLog


Baru-baru ini muncul lagi suatu tren dalam kancah perinternetan di Indonesia. Belum cukup puas berekspresi hanya lewat tulisan atau suara, maka hadir sebuah alternatif cara “nyampah” yang keren. Yakni bercerita menggunakan media audiovisual alias video. Atau istilah gaulnya: VLog (bacanya ‘vlog’ ya, bukan ‘vlog’).

Secara sederhana, VLog ini adalah blog dalam format video. Jadi kalo di blog kita menyampaikan ide melalui tulisan, nah dalam VLog, kita mengungkapkannya lewat video. Kegiatan membuatnya disebut “VLogging” dan orang yang membuatnya disebut “VLogger”.

sumber

VLogging atau kegiatan pembuatan VLog ini seringnya dilakukan sendiri dengan merekam semua hal yang mau disampaikan dengan menggunakan kamera (dan kadang microphone tambahan). Dengan kata lain, ‘curhat’ di depan kamera yang sedang merekam. Makanya kebanyakan VLogger melakukan ini di ruang privat seperti di studio atau paling simpel ya di kamar. Karena bakalan aneh banget kalo lagi di tempat umum terus mereka ngomong sendiri di depan kamera.

Walau ada aja sih VLogger dengan tingkat percaya diri mumpuni yang mampu merekam semua kegiatan outdoor-nya tanpa merasa canggung sedikitpun. Dan yang kayak bergini biasanya adalah travel blogger yang bertransformasi menjadi travel VLogger. Ini sih wajar ya, karena mereka kan harus menunjukkan tempat yang mereka kunjungi lewat videonya. Masa mau menceritakan keindahan tempat wisata cuma dari dalam kamar? Ngga akan menarik hasilnya.

Dan dari yang gue perhatikan, tren VLog di Indonesia udah berkembang sangat pesat dalam setahun ke belakang. Ya walaupun agak ketinggalan dibanding negara lain, tapi ngga apa lah. Lebih baik terlambat daripada ngga sama sekali kan? Lagipula ini bukan soal cepet-cepetan, tapi masalah konten. Biarpun baru mulai kalo kontennya oke, pasti responnya juga bagus.

Konten-konten di VLog itu sebenarnya bervariasi. Sama aja kayak blog, mulai dari membahas kehidupan pribadi atau ngomongin hal-hal umum seperti musik, film, buku, makanan, bahkan sampai VLog khusus kecantikan aja ada. Tapi tetap ada benang merah dari bermacam konten VLog tersebut. Yaitu semuanya dibungkus dengan gaya personal dan sangat apa adanya.

Makanya belakangan ini gue lagi rajin banget berselancar ke Youtube buat cari bahan tulisan dari pembahasan para VLogger. Kenapa Youtube? Karena mayoritas VLogger mengunggah hasil aktivitas “nyampah”nya ke sini. Walau banyak situs penyedia jasa berbagi video yang lain, tapi popularitas Youtube gue rasa belum tergantikan.

Di Youtube, banyak penggiat platform lain yang akhirnya hijrah menjadi VLogger. Misalnya para blogger, ‘selebtweet’ dan ‘selebgram’, sampai penulis beneran. Ini juga salah satu alasan kenapa gue sering cari bahan tulisan ke Youtube. Karena mereka terbilang sering bercerita di sini. 

Selain itu, gue juga lihat banyak VLogger baru yang bermunculan. Kelihatan dari tanggal pengunggahan videonya. Mayoritas emang bagus-bagus. Mereka membuat videonya secara terkonsep dan jelas apa materi yang mau dibagi. Pengeditannya juga dibikin serapi mungkin. Dengan menambahkan efek visual atau memasukkan backsound. Pokoknya terkesan lebih niat dan sangat menarik buat ditonton.

Tapi tentu aja ngga semuanya bagus. 

Kemarin, gue menemukan salah satu VLogger yang beneran nyampah. Gue ngga mau sebut nama di sini. Pokoknya sangat membuat gue risih pas nontonnya. Video itu dimulai dari close-up mukanya yang dekil, berminyak, dan berjerawat. Well, hampir sama kayak kondisi muka gue sih, bedanya gue ngga segila itu buat mengunggahnya ke internet.

Setelah dipaksa untuk melihat mukanya, dia melanjutkan dengan ocehan ngga jelas dan ngga ada poinnya. Gue sama sekali ngga bisa menangkap apa yang jadi keresahannya. Terlebih, di sela-sela ocehan absurdnya dia mengobral kata-kata kasar semacam ‘anjing’, ‘bangsat’, ‘tai’, ‘ngentot’ dan sebagainya. Gue aja sampe melongo pas nonton. Dan bergumam “kampret ni orang”.

Oke, gue emang pernah memakai kata-kata kasar pas nulis di blog. Pun di dalam keseharian. Tapi ngga sesering itu, dan masih lihat-lihat situasi. Dia harusnya tau bahwa penggunaan kata kasar sangatlah tricky. Ketika dalam suasana yang ngga tepat, atau salah intonasi, maka yang niatnya melucu malah bisa jadi offensif.

Yang bikin gue miris, ternyata si Kampret ini punya banyak subscriber. Videonya bahkan udah ditonton puluhan ribu kali. Kolom komentarnya juga lumayan ramai. Dan bisa ditebak, sebagian besar penontonnya adalah dedek-dedek gemesh usia remaja. Ngga kebayang deh kalo seluruh remaja di Indonesia cara ngomongnya kayak si Kampret tadi.

Kelakuannya ini mungkin bisa jadi pembelajaran buat temen-temen VLogger. Supaya hal semacam itu ngga terulang. Kasian generasi penerus bangsa ini nantinya. Soalnya gue yakin banget tren VLog ini bakal bertahan cukup lama. Kenapa? Karena seperti yang kita tau, ketersediaan internet udah mulai merata di sini. Harganya pun makin terjangkau. Maka orang ngga ragu lagi buat memakai kuotanya buat nontonin VLog sering-sering.

Pasar udah jelas ada. Lalu dari sisi VLogger, gue rasa juga bisa lebih gampang untuk membuat video yang keren. Karena kan kamera zaman sekarang jelas makin canggih. Kualitas gambarnya ngga usah diragukan lagi. Aplikasi pengedit video pun udah makin mudah dioperasikan. Tinggal bagaimana bikin konsep yang matang agar dapat menarik minat orang-orang. Soalnya banyak penonton berarti bakal banyak pemasukan lain dari iklan. Baik iklan dari pihak Youtube atau product placement di VLog. Lumayan kan.

Yap, tren ini memang sangat menjanjikan. 

Namun perihal apakah gue bakal ikut-ikutan membuat VLog, gue sendiri belum tau. Yang pasti ngga dalam waktu dekat. Karena gue harus bersolek dulu biar muka gue layak dilihat. Selain itu, gue belum punya banyak waktu luang untuk membuat dan mengedit videonya. Dan yang pasti belum ada keresahan yang harus dituangkan lewat video. Sejauh ini semuanya masih bisa terakomodir melalui tulisan.

Jadi kayaknya kemungkinan gue hijrah ke VLog masih teramat jauh. Walau demikian, gue bisa janjikan satu hal. Suatu hari, kalo emang akhirnya gue merambah dunia VLog, bisa gue pastikan bahwa semua konten gue bakal berkonsep. Dan minim umpatan. 


Tulisan Lain

No comments:

Post a Comment