Thursday 31 December 2015

Mari Mengenang 2015


Bulan terakhir di 2015.

Ngga terasa ternyata kita udah berada di penghujung tahun. Biasanya sih postingan di waktu-waktu ini jadi ajang buat merefleksikan diri selama setahun ke belakang. Mencoret berbagai agenda di list resolusi. Walau gue sendiri ngga pernah tuh yang namanya bikin resolusi tahunan.

Buat manusia super santai seperti gue, semuanya gue biarkan mengalir aja dibawa arus, kayak ABG labil.

Okelah, daripada bingung mikirin resolusi tahunan yang ngga pernah ada, mending gue bahas beberapa hal yang terjadi selama tahun 2015 ini.

2015


Dimulai dari malam tahun baru 2015 yang gue lewati dengan ujian praktikum. Iya, kampus gue emang begitulah. Saat orang-orang pada heboh mempersiapkan diri buat party, gue dan temen-temen sekelas malah melototin monitor buat analisa program.

Ujiannya baru selesai jam setengah enam. Serba tanggung. Soalnya mau pergi juga udah pasti macet di mana-mana. Akhirnya gue menghabiskan malam tahun baru bersama orangtua di rumah, sambil nonton TV dan ngemil martabak. Sungguh anak yang sangat berbakti.

Masuk ke bulan Februari. Seinget gue, di bulan ini cuaca lagi berada di kondisi ekstrem. Hujan dan panas bergantian dalam waktu singkat. Akibatnya daya tahan tubuh gue melemah dan akhirnya penyakit paru gue kambuh lagi. Tulisan tadi sekaligus jadi penanda lahirnya blog ini pada bulan Maret 2015 kemarin. *tepuk tangan*

Kambuhnya penyakit ini ngga pernah gue duga sebelumnya. Belum lagi pengobatan yang dilakukan setingkat lebih menyiksa. Imbasnya, gue menjalani perkuliahan dengan kondisi hancur-lebur. Badan gue berantakan dan rasanya mau pingsan setiap saat. Gue sempat menuliskan ini. Tadinya sih pengen gue kasih judul Bokong yang Tersuckity, tapi ngga jadi.

Bulan-bulan berikutnya ngga ada sesuatu yang spesial. Selama pengobatan paru, untungnya gue tetap bisa mengerjakan ujian dengan baik. Nilai gue lumayan stabil, malah IPK naik dikit. Semua ini berkat dosen-dosen berhati mulia. Mereka ngasih soal hampir sama kayak yang dibahas di kelas. Amboi~

Masuk bulan puasa, undangan bukber berdatangan. Gue sempatkan hadir ke bukber temen-temen SMA gue dulu. Kalo ini ibaratnya udah wajib dihadiri tiap tahun. Mulai dari jaman masih sekolah sampe udah pada lulus kuliah. Semoga tetap terus berlangsung di tahun-tahun selanjutnya. Aamiin.

Selain sama temen-temen SMA, gue juga memutuskan buat menghadiri bukber bocah alumni SMP gue. Bagian paling menyebalkan, ternyata mayoritas mereka ngga mengenali gue saat pertama kali ketemu. Katanya, sekarang gue jadi kurus banget.

Oh ya, di samping bukber, di bulan puasa tahun ini juga ada sidang skripsi temen-temen kuliah gue dulu. Gue emang sempat janji bakalan dateng ke sidang skripsi mereka. Tapi tentu ngga semuanya. Cuma beberapa yang gue anggap perlu dan waktunya cocok.

Itulah pertama kalinya gue melihat sidang skripsi secara langsung. Karena pihak kampus menerapkan sidang terbuka khusus buat angkatan temen-temen gue. Ya, angkatan-angkatan sebelumnya selalu menjalani sidang skripsi secara tertutup.

Sidang skripsi ternyata ngga sehoror yang gue kira. Gue hadir di sidang mereka, dan semuanya lancar-lancar aja. Presentasi mereka bagus dan pertanyaan bisa dijawab walau kadang nge-blank. Tapi secara keseluruhan semua berjalan baik.

Setelah lulus sidang, tau dong apa prosesi selanjutnya? Yap, wisuda.

Ini agak gokil sih. Gue harus menyiapkan mental lebih kuat untuk melihat mereka diwisuda. Kenapa? Karena gue harusnya ada bersama mereka sebagai wisudawan. Tapi sebodo amat lah. Dengan dada nyesek dan mata berembun gue putuskan buat datang ke wisuda mereka.

September datang. Kali ini momen penting terjadi sama adik gue. Dia diterima seleksi masuk di fakultas hukum universitas xxxxxxxxx. Tapi secara mengejutkan dia ngga mengambil kesempatan itu. Padahal ini kampus negeri paling favorit se-Indonesia. Jurusan favorit pula.
Gantinya, dia melanjutkan pendidikan ke salah satu sekolah kedinasan.

Di bulan ini juga gue mendapatkan berita baik. Penyakit paru gue yang kambuh udah diyatakan sembuh. Dan itu artinya gue udah bisa mengucapkan selamat tinggal sama puluhan jarum suntik serta ratusan tablet obat itu.

Bulan berganti ke Oktober. Ini merupakan bulan kelahiran gue. Tahun 2015 ini gue berulang tahun ke dua puluh dua. Tua banget emang. Di titik ini pula muncul pikiran “hidup gue kok gini-gini aja ya?”. Kalo ada yang ngga pernah punya pemikiran kayak gini, mungkin hidupnya penuh dengan optimisme. Bagus.

Di bulan November ngga ada peristiwa yang begitu penting. Kecuali ulang tahun kedua orangtua gue. Mereka lahir di bulan yang sama, hanya berselang dua hari. Oh ya, selain itu ada juga catatan perjalanan gue datang ke wisuda teman di Bandung.

Lalu di bulan Desember ini, gue lagi fokus menjalani UTS semester ganjil. Iya, UTS. Kampus lain udah pada mau beres UAS dan siap-siap liburan, gue masih UTS. Ngga usah tanya kenapa. Oleh karena itu, makanya selama beberapa minggu kemarin blog gue ngga keurus.

Itulah kira-kira berbagai hal yang terjadi pada gue selama setahun ini.

Secara umum, gue menganggap 2015 ini sebagai tahun yang ideal. Banyak kebahagiaan yang datang melalui orang di sekitar. Baik dari keluarga ataupun teman-teman. Walau terselip juga kondisi ngga mengenakkan bagi gue, tapi itulah hidup. Ngga selamanya baik dan ngga selamanya pula buruk.

Terakhir, biar kelihatan kayak anak gaul lainnya, gue mau mengucapkan

“Oh 2015, thank’s for the memories!”


Tulisan Lain

No comments:

Post a Comment