Wednesday, 21 September 2016

Jangan Panggil Saya Bunda


Di dalam bahasa Indonesia, kita mengenal berbagai macam kata sapaan atau panggilan untuk orang lain. Dan semuanya tentu didasarkan kepada siapa kita berbicara. Jika kita berbicara kepada wanita yang umurnya tidak terlalu jauh di atas kita, bisa dipergunakan sapaan ‘Kak’ atau ‘Mbak’. Terhadap lelaki yang jauh berumur di atas kita, mungkin sapaan ‘Pak’ akan terdengar lebih cocok.

Dari sekian banyak sapaan, ada beberapa di antaranya yang membuat gue kadang menggelinjang saat mendengarnya. Terutama kata sapa sok asik antara wanita kepada wanita lainnya semacam  ‘Jeng’, ‘Sist’, ‘Beib’, ‘Cyin’, dan sapaan aneh lainnya.

Tapi dari yang beberapa itu, tetap yang paling pecah menurut gue adalah sapaan ‘Bunda’. 

Gue masih ngga ngerti bahwa ada orang di luar sana yang memanggil orang asing yang ditemuinya dengan sebutan Bunda.

Gue bukannya ngga suka sama kata ‘Bunda’. Itu adalah sebuah kata yang bagus menurut gue. Tapi dengan catatan, penggunaannya harus disesuaikan. Kalo seorang anak memanggil ibunya dengan sebutan Bunda, tentu cocok. Atau seorang suami kepada istrinya, bolehlah. Tapi kepada orang asing?

Bahkan Ibu gue (yang notabene seorang wanita dewasa) aja geli banget kalo disapa sama orang asing dengan sebutan Bunda. Pernah dulu kejadian doi dipanggil Bunda sama pramuniaga toko pas lagi belanja. Lalu berujung pada jatuhnya mood doi selama seharian penuh.

Itu baru Ibu gue. Gimana dengan wanita lain di luar sana? 

Atau gimana kalo yang dipanggil ‘Bunda’ adalah... seorang lelaki gondrong yang gagah dan penuh wibawa?

Wednesday, 14 September 2016

Jack Ma dan Geliat Pengusaha Indonesia


Pemerintah Indonesia akan menjadikan Jack Ma sebagai salah satu dewan penasihat kegiatan e-Commerce di Indonesia.

Begitulah kira-kira wacana yang sedang hangat diperbincangkan beberapa hari belakangan ini.

Jack Ma

Sejujurnya saya agak was-was ketika pertama kali mendengar wacana tersebut. Bukannya apa-apa, tapi pasar online di Indonesia memang sudah sejak lama menjadi incaran Alibaba, perusahaan yang berada dibawah kendali Jack Ma. Dengan memberikannya posisi dewan penasihat, sama saja kita mengantarkan daging segar kepada harimau lapar.

Friday, 2 September 2016

Menjual Air Mata


Berkutat di dunia bisnis online memaksa gue untuk harus selalu update tentang hal-hal kekinian. Gunanya adalah untuk membantu gue membuat konten yang relevan dan ngga ketinggalan zaman. Dengan begitu, produk yang gue pasarkan bisa direspon positif sama pasar. Dan ujung-ujungnya angka penjualan dapat meningkat pesat. Yang artinya apa? Yak, betul. Uang.

Namun sekeras apapun gue coba membuat konten yang kekinian, produk yang gue pasarkan tetap ngga begitu laris. Angka penjualan memang naik, tapi ngga signifikan. Beda banget sama pemain-pemain lain yang juga berkecimpung di bidang ini.

Padahal semua cara udah gue terapkan. Mulai dari menggunakan bahasa yang persuasif, menyelipkan unsur humor, membuat quote-quote motivasional, mengadakan kuis, hingga promo diskon gla-gilaan. Tapi hasilnya tetap ngga maksimal.

Karena penasaran, gue terus berusaha mencari cara paling efektif lewat observasi ke pemain-pemain besar lainnya. Gue coba perhatikan strategi yang mereka terapkan dengan teliti. Sampai akhirnya gue menemukan satu metode ajaib yang ngga pernah gue sadari sebelumnya.

Metode itu gue sebut dengan ‘mengeksploitasi air mata’.

Cara kerjanya adalah dengan menampilkan konten yang penuh muatan emosional. Kalo misalkan kontennya kurang menguras emosi, maka harus dilakukan dramatisasi. Bisa dengan menambahkan caption hiperbolis, atau menyelipkan narasi surrealis. Pokoknya apapun caranya agar bisa menyita perhatian dari pasar.