Sunday, 21 February 2016

Bermonolog di VLog


Baru-baru ini muncul lagi suatu tren dalam kancah perinternetan di Indonesia. Belum cukup puas berekspresi hanya lewat tulisan atau suara, maka hadir sebuah alternatif cara “nyampah” yang keren. Yakni bercerita menggunakan media audiovisual alias video. Atau istilah gaulnya: VLog (bacanya ‘vlog’ ya, bukan ‘vlog’).

Secara sederhana, VLog ini adalah blog dalam format video. Jadi kalo di blog kita menyampaikan ide melalui tulisan, nah dalam VLog, kita mengungkapkannya lewat video. Kegiatan membuatnya disebut “VLogging” dan orang yang membuatnya disebut “VLogger”.

sumber

VLogging atau kegiatan pembuatan VLog ini seringnya dilakukan sendiri dengan merekam semua hal yang mau disampaikan dengan menggunakan kamera (dan kadang microphone tambahan). Dengan kata lain, ‘curhat’ di depan kamera yang sedang merekam. Makanya kebanyakan VLogger melakukan ini di ruang privat seperti di studio atau paling simpel ya di kamar. Karena bakalan aneh banget kalo lagi di tempat umum terus mereka ngomong sendiri di depan kamera.

Tuesday, 9 February 2016

Mencari Tambatan Kaki


Sepatu merupakan salah satu aset penting dalam menunjang penampilan. Makanya banyak orang menginvestasikan uangnya buat beli bermacam model sepatu. Bahkan bagi sebagian orang, terlebih cewek-cewek, berbelanja sepatu bisa dijadikan sarana pelepas stress. Sayangnya, hal tersebut ngga berlaku buat gue.

Dari dulu gue selalu malas kalo disuruh belanja sepatu. Terutama sepatu sekolah. Karena seperti sekolah negeri pada umumnya, sejak SD gue selalu diwajibkan memakai sepatu hitam. Full. Ngga boleh ada aksen warna lain. Ketika SD, masalah pemilihan sepatu emang berjalan baik-baik aja.

Mulai masuk ke SMP, aktivitas mencari sepatu perlahan berubah jadi momok buat gue. Beberapa kali kejadian, gue udah naksir berat sama salah satu model sepatu, pas diteliti ternyata ada aksen warna lain. Dan yang paling sering terjadi, model sepatu oke, warna hitam full, harga terjangkau, eh ngga ada ukurannya.
Emang segede apa sih kaki anak SMP sampe ngga ada sepatu yang muat? Well, di umur segitu, percaya atau ngga, ukuran kaki gue udah menyentuh angka 44 (Euro) atau 11 (UK). Gambaran kasarnya, sebelah telapak kaki gue udah bisa menutup seluruh muka Daus Mini.

Iya, sebesar itulah.

Tuesday, 2 February 2016

Penantian sang Pesakitan


Armin tidak tahu mengapa Bu Jariah terlihat begitu marah kepadanya.

Masih teringat jelas ketika tadi Bu Jariah memanggilnya di saat pelajaran sedang berjalan. Beliau langsung masuk ke kelas tanpa menghiraukan guru matematika yang sedang mengajar. Raut wajah Bu Jariah menunjukkan seolah beliau sanggup menelan tubuh Armin bulat-bulat.

“Armin, istirahat nanti segera ke ruangan saya!” ucap Bu Jariah dengan sedikit menyentak. Setelah itu, beliau keluar tanpa pamit.

Tidak banyak yang bisa dilakukan Armin. Ia hanya bisa mengangguk-angguk mendengar perintah dari Bu Jariah. Berdasarkan perhitungannya, Armin hanya punya empat puluh menit sebelum pergi ke ruang BP, neraka bagi seluruh siswa di sekolahnya. Empat puluh menit yang entah kenapa terasa berjalan begitu cepat sekarang.

Guru matematika di hadapan kelas pun tidak lagi diperhatikan Armin. Pikirannya hanya terfokus pada permasalahan dengan Bu Jariah. Ada apa sebenarnya? Kenapa Bu Jariah terlihat sangat marah padanya? Ia memang sudah menjadi pesakitan di sekolah. Dari sejak kelas 10 sudah tak terhitung berapa kali keluar masuk ruang BP. Tapi tidak pernah ia lihat Bu Jariah semarah ini.