Adalah Vanessa nama cewek yang tadi gue ajak berkenalan di kantin kampus. Sejujurnya sudah lama cewek satu ini menarik perhatian gue. Ngga tau kenapa rasanya adem aja tiap melihat dia. Apalagi kalau memandangi wajahnya yang berbentuk oval, dengan mata sipit dan hidungnya yang mancung. Dilengkapi bibir tipisnya, maka bisa gue bilang wajahnya oriental sekali.
Perawakannya proporsional dan cukup tinggi untuk ukuran cewek. Kira-kira 170-an centimeter. Kulitnya putih bersih terawat layaknya putri raja. Tapi yang paling ngga bisa gue lupakan adalah suaranya. Lembut sekali. Terbayang terus merdu suaranya saat adegan perkenalan di kantin tadi.
“Aku Vanessa” ujarnya seraya mengulurkan tangan.
“Adam.” gue berkata sambil menyambut uluran tangannya. Halus.
Itulah cuplikan adegannya. Sisanya biar gue simpan sendiri
Oh ya, nama gue Adam. Tapi tenang, gue bukan Adam yang kalian kira. Gue bukan sosok yang awalnya tinggal di Surga, terus makan buah khuldi, dan berujung dibuang ke bumi. Itu Adam yang lain. Dan gue juga bukan lelaki berkumis tebal yang beristrikan penyanyi dangdut.