Berawal dari 'status'
Facebook seorang teman yang membagikan link dari suatu portal berita tentang
aksi para mahasiswa dari suatu kampus. Berita itu menyebutkan bahwa aksi
mahasiswa telah ditunggangi dan para mahasiswa dibayar untuk melakukannya. Menjadi
semakin rumit karena kampus tersebut merupakan kampus favorit yang kredibilitas
dan integritasnya sudah diakui.
Saya hanya ingin menyoroti
masalah ini dari argumen-argumen mereka. Belakangan, sejak muncul berita
tersebut, kelompok mahasiswa memang kelihatannya seperti terpecah beberapa
bagian. Dan yang paling jelas terlihat bedanya adalah kelompok aktivis dan
'pasivis'.
ilustrasi |
ilustrasi |
Dan kata 'pasivis' adalah istilah rekaan saya sendiri yang menggambarkan hal yang sebaliknya. Mahasiswa 'pasivis'
adalah mereka yang menikmati hidup dengan tenang, menjalankan kuliah dengan
sebaik-baiknya tanpa menjadikan masalah bangsa di atas segalanya. Bukan tidak
memikirkan sama sekali, namun lebih memilih pencarian solusi nyata yang bisa
saja muncul dari 'semedi'nya di perkuliahan. Mereka yang melakukan penelitian
di laboratorium untuk menemukan formulasi obat baru. Mereka yang ngoding semalam suntuk
agar terciptanya aplikasi bermanfaat. Mereka yang berkutat dengan bermacam buku
berbahasa asing demi ilmu kedokteran yang mutakhir. Dan masih banyak kegiatan
lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Permasalahan utamanya adalah:
mereka saling merendahkan satu sama lain. Sang aktivis menganggap si 'pasivis'
tidak peka dengan permasalahan bangsa. Dan mereka yang tergolong 'pasivis'
menyindir bahwa turun ke jalan hanya akan menambah masalah dan membuat citra mahasiswa menjadi terlihat tidak elegan.
Padahal, dilihat dari sudut
manapun kedua-duanya merupakan hal yang baik. Kita memang perlu aksi nyata dari
masyarakat dan mahasiswa agar para penguasa sadar bahwa ada masalah penting yang sedang terjadi di masyarakat.
Di sisi lain, kita tetap perlu inovasi dalam berbagai hal yang hanya bisa tercapai dengan kegiatan semedi para pasivis. Mereka berbeda jalan juang. Hanya saja karena darah muda yang mengalir masih terlalu panas, mereka menganggap cara masing-masing yang paling benar, Saling serang antar kelompok (yang dianggap) intelek pun tidak terhindarkan. Sama sekali tidak ada yang salah dengan perbedaan itu.
Di sisi lain, kita tetap perlu inovasi dalam berbagai hal yang hanya bisa tercapai dengan kegiatan semedi para pasivis. Mereka berbeda jalan juang. Hanya saja karena darah muda yang mengalir masih terlalu panas, mereka menganggap cara masing-masing yang paling benar, Saling serang antar kelompok (yang dianggap) intelek pun tidak terhindarkan. Sama sekali tidak ada yang salah dengan perbedaan itu.
Yang salah adalah jika para
mahasiswa tidak berkontribusi apa-apa untuk bangsa dan negaranya.
Semoga sehabis anda membaca
coretan absurd ini, anda akan tersadarkan agar tidak merasa diatas kelompok
yang berbeda sudut pandang dengan anda. Selama sama-sama bertujuan untuk
mengubah negara kita menjadi lebih baik, saya rasa keduanya merupakan cara yang
bagus. Kedua kelompok mahasiswa itu idealnya saling bersinergi. Hingga dapat
mengisi satu sama lain. Melengkapi susunan puzzle yang masih abstrak. Sampai
akhirnya tercipta suatu harmoni antar mahasiswa. Jangan biarkan ada pihak yang
tertawa puas di balik perpecahan ini. Saya rasa hanya demikian yang bisa saya
sampaikan.
Omong-omong, kalau anda
sendiri masuk kelompok mahasiswa yang mana?
No comments:
Post a Comment