Sunday, 22 March 2015

Mahasiswa Aktivis dan 'Pasivis'

Berawal dari 'status' Facebook seorang teman yang membagikan link dari suatu portal berita tentang aksi para mahasiswa dari suatu kampus. Berita itu menyebutkan bahwa aksi mahasiswa telah ditunggangi dan para mahasiswa dibayar untuk melakukannya. Menjadi semakin rumit karena kampus tersebut merupakan kampus favorit yang kredibilitas dan integritasnya sudah diakui. 




Saya hanya ingin menyoroti masalah ini dari argumen-argumen mereka. Belakangan, sejak muncul berita tersebut, kelompok mahasiswa memang kelihatannya seperti terpecah beberapa bagian. Dan yang paling jelas terlihat bedanya adalah kelompok aktivis dan 'pasivis'.

ilustrasi
Kelompok aktivis menurut pemahaman saya pribadi adalah orang-orang yang giat bekerja untuk kepentingan suatu organisasi. Mereka mengabdikan tenaga, cara pandang, harta, hingga jiwa dan raga untuk kepentingan tertentu. Di kalangan mahasiswa, aktivis adalah mereka yang turun ke jalan. Mereka yang menyuarakan aspirasi rakyat di muka umum.. Mereka yang berteriak lantang membela hal yang dirasa benar. Mereka yang bertemu langsung dengan orang-orang yang mereka perjuangkan. Ya, mereka adalah para generasi muda yang mengisi kemerdekaan dengan berjuang atas kepentingan bangsa. Semoga saya benar. 



ilustrasi

Dan kata 'pasivis' adalah istilah rekaan saya sendiri yang menggambarkan hal yang sebaliknya. Mahasiswa 'pasivis' adalah mereka yang menikmati hidup dengan tenang, menjalankan kuliah dengan sebaik-baiknya tanpa menjadikan masalah bangsa di atas segalanya. Bukan tidak memikirkan sama sekali, namun lebih memilih pencarian solusi nyata yang bisa saja muncul dari 'semedi'nya di perkuliahan. Mereka yang melakukan penelitian di laboratorium untuk menemukan formulasi obat baru. Mereka yang ngoding semalam suntuk agar terciptanya aplikasi bermanfaat. Mereka yang berkutat dengan bermacam buku berbahasa asing demi ilmu kedokteran yang mutakhir. Dan masih banyak kegiatan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Permasalahan utamanya adalah: mereka saling merendahkan satu sama lain. Sang aktivis menganggap si 'pasivis' tidak peka dengan permasalahan bangsa. Dan mereka yang tergolong 'pasivis' menyindir bahwa turun ke jalan hanya akan menambah masalah dan membuat citra mahasiswa menjadi terlihat tidak elegan.

Padahal, dilihat dari sudut manapun kedua-duanya merupakan hal yang baik. Kita memang perlu aksi nyata dari masyarakat dan mahasiswa agar para penguasa sadar bahwa ada masalah penting yang sedang terjadi di masyarakat.

Di sisi lain, kita tetap perlu inovasi dalam berbagai hal yang hanya bisa tercapai dengan kegiatan semedi para pasivis. Mereka berbeda jalan juang. Hanya saja karena darah muda yang mengalir masih terlalu panas, mereka menganggap cara masing-masing yang paling benar, Saling serang antar kelompok (yang dianggap) intelek pun tidak terhindarkan. Sama sekali tidak ada yang salah dengan perbedaan itu. 

Yang salah adalah jika para mahasiswa tidak berkontribusi apa-apa untuk bangsa dan negaranya.

Semoga sehabis anda membaca coretan absurd ini, anda akan tersadarkan agar tidak merasa diatas kelompok yang berbeda sudut pandang dengan anda. Selama sama-sama bertujuan untuk mengubah negara kita menjadi lebih baik, saya rasa keduanya merupakan cara yang bagus. Kedua kelompok mahasiswa itu idealnya saling bersinergi. Hingga dapat mengisi satu sama lain. Melengkapi susunan puzzle yang masih abstrak. Sampai akhirnya tercipta suatu harmoni antar mahasiswa. Jangan biarkan ada pihak yang tertawa puas di balik perpecahan ini. Saya rasa hanya demikian yang bisa saya sampaikan.

Omong-omong, kalau anda sendiri masuk kelompok mahasiswa yang mana?


Tulisan Lain

No comments:

Post a Comment