Friday, 7 October 2016

Betapa Nikmatnya Menghujat Seseorang di Internet


Internet telah menyediakan ruang berekspresi seluas-luasnya untuk setiap orang. Terutama buat orang-orang yang kurang eksis di dunia nyata. 

Internet seakan menjadi satu-satunya jalan bagi mereka agar tetap dianggap ada. Sebuah taman bermain tanpa batas dan tempat berkarya dengan bebas.

Namun kini, di tengah derasnya aliran arus informasi, internet perlahan berubah menjadi rimba luas yang teramat ganas. Kebebasan berekspresi yang seharusnya dimanfaatkan untuk menciptakan hal-hal kreatif, malah dipergunakan untuk berbagai aktivitas negatif.

Salah satu aktivitas negatif yang belakangan sering gue lihat adalah makin banyaknya komentar pedas yang bertebaran di sosial media. Entah itu Twitter, Facebook, Youtube, atau Instagram.

sumber

Kesibukan gue sekarang emang mengharuskan gue buat menganalisa topik yang lagi hangat diperbincangkan di masyarakat. Itulah kenapa gue sering banget berkeliaran di berbagai sosial media untuk mencari informasi terkini. Sayangnya, yang banyak gue temukan bukannya pengetahuan, tapi malah bermacam cacian.

Yap, inilah hal lain yang ditawarkan oleh internet, sebuah kemudahan berkomunikasi. Di mana kita bisa berinteraksi dengan orang lain tanpa harus bertatap muka langsung. Kemudahan yang kerap kali disalahgunakan untuk ‘menyerang’ orang lain secara virtual. Bahkan kepada orang asing yang belum pernah dijumpai sebelumnya. 

Gue sebenarnya udah menganggap fenomena ini sebagai penyakit. Penyakit mental lebih tepatnya. Karena menghina orang asing tanpa alasan yang jelas hanya mungkin dilakukan oleh orang-orang yang ‘sakit’.

Tuesday, 4 October 2016

Dua Puluh Tiga






Oktober kedua puluh tiga
adalah tentang pagi yang diawali dengan cerah ceria.
Diselipi hatur kata penuh semoga dari seluruh sanak keluarga.
Tanpa kue penuh warna,
tanpa kemeriahan pesta.

Hanya ada doa.

Sederhana. Sewajarnya saja.

Ini adalah tentang perpindahan ke lingkungan pembelajaran.
Tentang hidup yang jauh dari gegap gempita,
layaknya sesuatu yang berjalan sesuai semestinya.

Karena memang Oktober kedua puluh tiga
dan mungkin Oktober-Oktober selanjutnya
akan tetap dirahasiakan dari mereka.

Ini adalah tentang siang menyengat.
Di sebuah ruangan pengap. Tersekap. Berkeringat.
Peluh menggumpal pekat tanpa bisa dihambat.

Namun dalam sesaat, segalanya berubah begitu cepat.

Tiba-tiba saja, Oktober kedua puluh tiga
menjelma menjadi senja yang bermuram durja.
Tentang langit gelap yang tertutup hitam awan.
Membawa udara dingin menusuk lewat angin dan tetesan hujan.

Lalu beralih
ke sebuah malam yang menggigilkan.
Menjadikan semangkuk mie instan mendingin perlahan
serta segelas teh manis tak lagi terasa hangat di genggaman.

Ini adalah tentang risau dan letih
yang bergerak lemah dan tertatih.
Dalam diam menginstropeksi semua yang terlewati.

Oktober kedua puluh tiga
adalah tentang usia yang kian menua
dan segenap usaha agar lebih bisa berguna.

Oktober kedua puluh tiga
adalah tentang selaksa harap yang samar terucap
dalam perjalanan menuju lelap.

Semoga masih akan tetap ada
Oktober-Oktober selanjutnya.

Dan
semoga dapat selalu bermakna
di Oktober-Oktober selanjutnya.