Hampir dua bulan ini obrolan orang di sekitar gue ngga jauh-jauh dari persoalan seseorang yang melakukan penistaan agama. Bosen, iya. Jengah, pasti. Di timeline sosial media gue pun banyak bertebaran makhluk-makhluk yang saling beradu argumen. Tujuannya bukan buat diskusi, tapi hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya lah yang paling benar.
Dari awal kemunculan kasusnya, gue udah berusaha keras buat ngga ikut-ikutan. Biarpun tangan udah gatel banget mau menyanggah semua argumen konyol itu, namun apa daya, gue terlanjur malas. Akhirnya gue coba membiarkan mereka melanjutkan ‘diskusi’ tersebut sambil mengamati dalam diam.
Namun ngga gue sangka, dalam pengamatan itu gue menemukan suatu aktivitas unik yang muncul dari masing-masing pihak. Baik yang pro ataupun kontra. Aktivitas itu gue definisikan sebagai bentuk pertahanan terhadap sebuah fakta yang telah diyakini kebenarannya, dan ego untuk memaksa orang lain agar percaya pula dengan fakta tersebut.
sumber |